Beranda | Artikel
8 Faedah dari Ketegasan Sikap Nabi Ibrahim
Rabu, 15 Februari 2023

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَ ٰ⁠هِیمُ لِأَبِیهِ وَقَوۡمِهِۦۤ إِنَّنِی بَرَاۤءࣱ مِّمَّا تَعۡبُدُونَ

إِلَّا ٱلَّذِی فَطَرَنِی

Dan ingatlah, tatkala Ibrahim berkata kepada ayah dan kaumnya, ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah, kecuali Yang Menciptakanku….’” (QS. Az-Zukhruf: 26-27)

Ayat yang agung ini mengandung pelajaran antara lain:

Pertama: Ayat ini menunjukkan bahwa umat Nabi Ibrahim ‘alaihis salam menyembah Allah, hanya saja mereka juga menyembah selain-Nya (mempersekutukan-Nya). (lihat Al-Jadid fi Syarh Kitab At-Tauhid, hlm. 73) Sesembahan selain Allah itu berupa patung-patung, matahari, bulan, dan bintang-bintang. (lihat Al-Qaul Al-Mufid ‘ala KitabAt-Tauhid, 1: 94)

Kedua: Seorang yang hendak merealisasikan tauhid di dalam dirinya, maka dia harus berlepas diri dari peribadahan kepada selain Allah. (lihat Al-Qaul As-Sadid fi Maqashid At-Tauhid, hlm. 32)

Hal ini karena tauhid tidak akan terwujud dengan cara beribadah kepada Allah dan juga kepada selain-Nya. Oleh sebab itu, wajib beribadah kepada Allah saja. (lihat Al-Qaul Al-Mufid, 1: 95)

Ketiga: Wajib berlepas diri dari syirik (lihat Al-Jadid, hlm. 73). Oleh sebab itu, setiap rasul mengajak kaumnya dengan satu seruan,

أَنِ ٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَۖ

Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut (sesembahan selain Allah).” (QS. An-Nahl: 36)

Keempat: Berterus terang dalam menyampaikan kebenaran merupakan salah satu karakter para rasul utusan Allah. (lihat Al-Jadid, hlm. 73)

Kelima: Manusia dapat dibagi menjadi tiga golongan: sebagiannya menyembah kepada Allah saja, sebagian lagi menyembah kepada selain-Nya saja, dan sebagian lagi menyembah kepada Allah dan juga kepada selain Allah. Maka, yang disebut dengan muwahhid (orang yang bertauhid) itu adalah golongan yang pertama saja, yaitu yang beribadah kepada Allah saja dan tidak kepada selain-Nya. (lihat Al-Qaul Al-Mufid, 1: 95)

Keenam: Pokok ajaran agama seluruh para nabi adalah satu (sama), yaitu tauhid (lihat Al-Jadid, hlm. 73). Hakikat dari tauhid itu adalah pengetahuan dan pengakuan mengenai keesaan Rabb (yaitu Allah) dengan segala sifat kesempurnaan-Nya dan memurnikan (segala macam) ibadah hanya untuk-Nya. Sedangkan hal ini (tauhid) dibangun di atas dua pondasi: yaitu menolak segala sesembahan selain Allah (artinya tidak ada di antara mereka yang berhak diibadahi) dan menetapkan bahwasanya ibadah hanya boleh ditujukan kepada Allah. (lihat Al-Qaul As-Sadid, hlm. 31)

Oleh sebab itu, ayat ini merupakan bantahan bagi kaum Liberal dan Pluralis yang mengklaim bahwa inti ajaran Yahudi, Nasrani, dan Islam adalah sama, yaitu monotheisme/tauhid, sampai-sampai mereka mempropagandakan istilah “tiga agama satu tuhan” atau “Abrahamic Religion” demi menipu orang-orang awam yang tidak tahu apa-apa.

Ketujuh: Wajib mengingkari kemungkaran meskipun terhadap sanak kerabat sendiri. (lihat Al-Jadid fi Syarh Kitab At-Tauhid, hlm. 73) Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Kalau tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak mampu juga, maka cukup dengan hatinya dan itulah bentuk keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim)

Kedelapan: Di dalam ayat ini dipakai ungkapan “kecuali yang menciptakanku” bukan “kecuali Allah”.  Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah menerangkan bahwa hal ini mengandung dua faedah: 1) Isyarat yang menunjukkan wajibnya menyembah Allah semata. Yaitu karena Allah semata yang menciptakan, maka hanya Allah yang berhak diibadahi. 2) Isyarat yang menunjukkan batilnya peribadahan kepada berhala (ataupun sesembahan selain Allah yang lainnya) karena ia tidak mampu menciptakan. (lihat Al-Qaul Al-Mufid, 1: 95)

Demikian sekelumit faedah yang bisa disajikan, mudah-mudahan bermanfaat.

BACA JUGA:

***

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.


Artikel asli: https://muslim.or.id/82826-delapan-faedah-dari-ketegasan-sikap-nabi-ibrahim.html